Cedera bisa terjadi dimana saja. Termasuk diare leher. Sayangnya, tidak banyak yang paham mengenai cedera di leher. Padahal, dengan penanganan tepat, risiko yang tidak diinginkan bisa teratasi.
Cedera sering kali terabaikan. Padahal,
menurut dr Ananda Haris SpBS, cedera bias berakibat banyak hal. Mulai nyeri,
rasa kesemutan, sampai lumpuh. Hal ini tidak lepas dari struktur leher.”leher
itu kopleks dan komplet. Di dalamnya ada otot, jaringan lunak, dan syaraf medulla
spinalis (sumsum tulang belakang),”paparnya.
Menurut
spesialis bedah syaraf RS HUsada Utama tersebut, tidak semua gejala cedera
leher sama. Bergantung bagian mana yang terkena dan seberapa parahnya. Ananda menyebut
bahwa gejala antara trauma atau cedera kepal itu berbeda. “kalau kepala
biasanya ada penurunan kesadaran dan disertai muntah hebat. Kalau cedera leher
saja, tidak ada gejala seperti itu,” jelasnya.
Ananda menjelaskan,
bagian tulang belakang di leher berfungsi mengatur motorik kasar. Jadi, jika
mengalami cedera hingga mengenai bagian tersebut, pasien dipastikan sulit
menggerakkan tangan dan kaki.”biasanya, hal itu terjadi karena benturan keras
waktu jatuh dari ketinggian atau mengalami tabrakan” ujarnya.
Meski begitu,
dokter yang tergabung di Surabaya Neuroscience Institute(SNeL) tersebut
menuturkan bahwa cedera leher tidak melulu disebabkan kecelakaan kendaraan.” Prinsipnya,
gerakan leher yang keras dan mendadak berisiko menimbulkan cedera,” kata
Ananda.
Hal itu
juga ditegaskan dr Primadenny Ariesa Airlangga MSi spot (K). spesialis ortopedi
RKZ Surabaya tersebut mengungkapkan, pada kasus kecelakaan, leher korban
umumnya mengalami gerakan ekstrem. Bias melengkung ke depan atau belakang. Secara
medis, hal itu disebut Whiplash injury. Jika tingkat benturanyya parah, korban
sangat berisiko sulit bergerak. “mereka masih sadar, tapi kaki dan tangannya
sulit untuk digerakkan atau lumpuh,” terangnya.
Deny,
sapaan primadenny, menambahkan bahwa kesulitan gerak itu kadang disertai gejala
lain. Misalnya, sensasi kesemutan pada tangan atau kaki serta genggaman tangan
yang lemah. Dia menegaskan, ketika kecelakaan terjadi, pasien harus mendapat
penanganan medis secepatnya.”Mutlak panggil bantuan medis atau ambulans,”
tegasnya.
Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah pengangkutan korban. Sering kali korban
kecelakaa diangkat tanpa tata cara yang benar. Diusung bagian kaki dan tangan
serta dilakukan tanpa tandu yang memadai. “ sebaiknya ,korban diangkat, tidak
diusung. Tujuannya, posisi tubuh stabil dan tidak memperparah kondisi leher,”
tutur Denny.
Dia menjelaskan,
dalam kondisi cedera leher, korban juga sering mengalami sesak napas. Sebab,
jalur pernapasan terganggu oleh cedera, terlebih jika muncul patah. Sayangnya,
hal itu kurang dipahami masyarakat. Ketika terjadi kecelakaan, penabrak maupun
yang ditabrak justru malah diminta duduk dan minum. “meski kelihatan membantu,
minuman maupun makanan bias berdampak fatal karena dapatmenutup jalur
pernapasan,” jelas denny.
Lebih parah,
makanan atau minuman tersebut bias “salah masuk” ke paru-paru, bukanya
tenggorokan. Akibatnya, korban justru merasa semakin sesak.” Cedera atau trauma
leher memang tidak menimbulkan kematian mendadak (sudden death). Yang terpenting, korban ditangani dengan tepat dan
cepat,” tegas Denny.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar