Jumat, 03 November 2017

Bahaya Cedera




 Cedera bisa terjadi dimana saja. Termasuk diare leher. Sayangnya, tidak banyak yang paham mengenai cedera di leher. Padahal, dengan penanganan tepat, risiko yang tidak diinginkan bisa teratasi.
Cedera sering kali terabaikan. Padahal, menurut dr Ananda Haris SpBS, cedera bias berakibat banyak hal. Mulai nyeri, rasa kesemutan, sampai lumpuh. Hal ini tidak lepas dari struktur leher.”leher itu kopleks dan komplet. Di dalamnya ada otot, jaringan lunak, dan syaraf medulla spinalis (sumsum tulang belakang),”paparnya.
                Menurut spesialis bedah syaraf RS HUsada Utama tersebut, tidak semua gejala cedera leher sama. Bergantung bagian mana yang terkena dan seberapa parahnya. Ananda menyebut bahwa gejala antara trauma atau cedera kepal itu berbeda. “kalau kepala biasanya ada penurunan kesadaran dan disertai muntah hebat. Kalau cedera leher saja, tidak ada gejala seperti itu,” jelasnya.
                Ananda menjelaskan, bagian tulang belakang di leher berfungsi mengatur motorik kasar. Jadi, jika mengalami cedera hingga mengenai bagian tersebut, pasien dipastikan sulit menggerakkan tangan dan kaki.”biasanya, hal itu terjadi karena benturan keras waktu jatuh dari ketinggian atau mengalami tabrakan” ujarnya.
                Meski begitu, dokter yang tergabung di Surabaya Neuroscience Institute(SNeL) tersebut menuturkan bahwa cedera leher tidak melulu disebabkan kecelakaan kendaraan.” Prinsipnya, gerakan leher yang keras dan mendadak berisiko menimbulkan cedera,” kata Ananda.
                Hal itu juga ditegaskan dr Primadenny Ariesa Airlangga MSi spot (K). spesialis ortopedi RKZ Surabaya tersebut mengungkapkan, pada kasus kecelakaan, leher korban umumnya mengalami gerakan ekstrem. Bias melengkung ke depan atau belakang. Secara medis, hal itu disebut Whiplash injury. Jika tingkat benturanyya parah, korban sangat berisiko sulit bergerak. “mereka masih sadar, tapi kaki dan tangannya sulit untuk digerakkan atau lumpuh,” terangnya.
                Deny, sapaan primadenny, menambahkan bahwa kesulitan gerak itu kadang disertai gejala lain. Misalnya, sensasi kesemutan pada tangan atau kaki serta genggaman tangan yang lemah. Dia menegaskan, ketika kecelakaan terjadi, pasien harus mendapat penanganan medis secepatnya.”Mutlak panggil bantuan medis atau ambulans,” tegasnya.
                Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengangkutan korban. Sering kali korban kecelakaa diangkat tanpa tata cara yang benar. Diusung bagian kaki dan tangan serta dilakukan tanpa tandu yang memadai. “ sebaiknya ,korban diangkat, tidak diusung. Tujuannya, posisi tubuh stabil dan tidak memperparah kondisi leher,” tutur Denny.
                Dia menjelaskan, dalam kondisi cedera leher, korban juga sering mengalami sesak napas. Sebab, jalur pernapasan terganggu oleh cedera, terlebih jika muncul patah. Sayangnya, hal itu kurang dipahami masyarakat. Ketika terjadi kecelakaan, penabrak maupun yang ditabrak justru malah diminta duduk dan minum. “meski kelihatan membantu, minuman maupun makanan bias berdampak fatal karena dapatmenutup jalur pernapasan,” jelas denny.
                Lebih parah, makanan atau minuman tersebut bias “salah masuk” ke paru-paru, bukanya tenggorokan. Akibatnya, korban justru merasa semakin sesak.” Cedera atau trauma leher memang tidak menimbulkan kematian mendadak (sudden death). Yang terpenting, korban ditangani dengan tepat dan cepat,” tegas Denny.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar