Museum Phurna
Bhakti Pertiwi
Museum
Purna Bhakti Pertiwi merupakan bukti bukti adanya layanan mantan presiden
Soeharto ke negara dari kemerdekaan sampai era pembangunan nasional. Selain
itu, juga menampilkan karya seni yang diterima Pak dan Ibu Soeharto dari teman
dan kolega mereka dari seluruh dunia.
Ibu TienSoeharto memprakarsai pembangunan museum. Arsitekturnya menyerupai bahasa kerucut "tumpeng", sebuah hidangan nasi tradisional jawa. "Tumpeng" melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya saja, museum tersebut juga mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dan masyarakat internasional yang mendukung Soeharto selama masa jabatannya sebagai presiden.
Museum ini memiliki lima ruang utama. The Perjudian Hall menampilkan benda-benda bersejarah dari kehidupan mantan Presiden Soeharto sejak awal hingga masa pembangunan nasional. Main Hall menampilkan cinderamata dari teman-teman negara. Aula Istimewa menempatkan dekorasi militer Soeharto dan medali kehormatan. Pertunjukan Asthabrata Hall "wayang" Wahyu Makutha Rama. "Wayang" menggambarkan kepemimpinan Soeharto. Aula kelima dan terakhir adalah sebuah perpustakaan.
Ibu TienSoeharto memprakarsai pembangunan museum. Arsitekturnya menyerupai bahasa kerucut "tumpeng", sebuah hidangan nasi tradisional jawa. "Tumpeng" melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya saja, museum tersebut juga mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dan masyarakat internasional yang mendukung Soeharto selama masa jabatannya sebagai presiden.
Museum ini memiliki lima ruang utama. The Perjudian Hall menampilkan benda-benda bersejarah dari kehidupan mantan Presiden Soeharto sejak awal hingga masa pembangunan nasional. Main Hall menampilkan cinderamata dari teman-teman negara. Aula Istimewa menempatkan dekorasi militer Soeharto dan medali kehormatan. Pertunjukan Asthabrata Hall "wayang" Wahyu Makutha Rama. "Wayang" menggambarkan kepemimpinan Soeharto. Aula kelima dan terakhir adalah sebuah perpustakaan.
Arsitektur
Arsitektur bangunan Museum Puna Bhakti Pertiwi dibuat
mirip nasi tumpeng atau gunungan sebagai kelengkapan inti upacara tradisional
yang melambangkan rasa syukur, keselamatan dan keabadian. Museum dikelompokkan
kedalam dua kategori, yakni bangunan utama dan bangunan penunjang. Bangunan
utama berfungsi sebagai ruang pamer benda-benda koleksi seluas 18.605 meter
persegi terdiri enam lantai dengan tinggi 45 meter sampai puncak ornamen lidah
api berwarna keemasan di atas kerucut terbesar, dikelilingi sembilan kerucut
kecil.
Ruang Utama diapit empat tumpengan warna kuning. Ruang
terdepan adalah Ruang Perjuangan, dikitari Ruang Khusus, Ruang Asthabrata, dan
Ruang Perpustakaan. Ruang Perjuangan berbentuk kerucut seluas 1.215 meter
persegi terletak di bagian barat kelompok Ruangan Utama. Ruang Khusus seluas
567 meter persegi terletak di bagian utara. Ruang Asthabrata seluas 1.215
terletak di bagian timur. Ruang Perpustakaan seluas 567 meter persegi di bagian
selatan.
Koleksi
Memasuki bangunan pengunjung disambut dua Patung
Panyembrama, patung selamat datang karya seniman Dewa Made Windia. Patung
sumbangan Ny Siti Hardiyanti Rukmana ini terbuat dari lempengan uang kepeng
dengan tinggi 240 cm. Panyembrama adalah tarian Bali yang biasa
diperagakan untuk penyambutan tamu-tamu terhormat.
Di Ruang Utama tersimpan berbagai ragam
cenderamata persembahan Tamu Negara RI, kenalan atau sahabat Presiden Soeharto.
Tetapi juga ada cenderamata persembahan tamu-tamu atau pejabat dalam negeri.
Semua cenderamata tersimpan dalam kotak kaca. Diantaranya ada cenderamata
pemberian PM Kamboja Hun Sen dan PM Malaysia Mahathir Mohamad masing-masing
berupa tempat sirih terbuat dari perak. Pemberian PM Belanda Lubbers berupa
patung burung dara terbuat dari perak, Presiden Meksiko Carlos Salinas de
Gortari berupa kerajinan perak berbentuk labu, dan Presiden Kazakstan Nursultan
Nazarbayev berupa seperangkat piring perak. Masih banyak lagi.
Cenderamata pemberian pejabat atau rekan kerja
Presiden Soeharto maupun Ny Tien Soeharto di antaranya adalah kerajinan batu
hias berupa mangkuk persembahan istri Bupati Tulungagung. Pada cenderamata itu
tertulis: "Dipersembahkan kepada Ibu Tien Soeharto dari Ny Hardjanti
Poernanto". Pengusaha Sudwikatmono mempersembahkan ukiran kayu Johar
(Cassia siamea) berupa pasangan suami-istri yang "dikerubuti" 11 anak
mereka. Pada keterangan patung yang diberi nama Menbrayut karya I Ketut Modern
itu tertulis: "Zaman dahulu orang percaya banyak anak banyak rejeki. Saat
ini kita percaya, banyak anak banyak masalah".
Di Ruang
Khusus, tersimpan tanda-tanda kehormatan yang pernah diberikan kepada Presiden
Soeharto. Untuk menyebut beberapa, misalnya Bintang RI Adipura I yang diberikan
pemerintah RI (1968), Bintang Mahaputra Adipurna (1968), dan Bintang Gerilya
(1965). Ada pula tanda kehormatan dari beberapa negara sahabat, dari Uni Emirat
Arab, Brunei Darussalam, Singapura, Jepang, dan lain-lain. Di Ruang Khusus ini
tersimpan koleksi pedang kehormatan yang dipersembahkan oleh Pemimpin PLO
Yasser Arafat dan pedang kristal dari Presiden Kroasia Franjo Tudman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar